kabarterkinionline.com
121 siswa di PALI keracunan karena MBG dimasak terlalu awal dugaan Kepala BGN. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap penyebab dugaan keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan. Dadan menyebut penyebab keracunan di sana lantaran masakan terlalu awal dimasak.
“Baik yang di Bandung, maupun di Tasik, maupun di PALI yang baru terjadi itu karena masakan terlalu awal dimasak dan tidak cepat untuk bisa di-delivery,” kata Dadan.
Dadan mengatakan pihaknya telah memperbaiki prosedur menyikapi kasus ini. Ia menyebut pemilihan bahan baku juga dilakukan lebih selektif.
“Karena ini terjadi di PALI di mana ikan diterima hari Jumat kemudian dimasukkan ke dalam freezer, kemudian pada saat dimasak dikeluarkan, kemudian diolah setengah matang, setelah diolah setengah matang masuk lagi ke dalam freezer, kemudian diolah,” ujar Dadan.
“Dan setelah dites dalam keadaan baik, tapi terjadi di lapangan. Kami kemudian memutuskan pemilihan bahan baku harus lebih selektif, mungkin lebih fresh akan lebih baik,” sambungnya.
Sebelumnya, jumlah siswa yang diduga keracunan makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumsel mencapai 121 orang. Dinkes PALI masih menyelidiki penyebab keracunan massal ini.
Ratusan siswa itu berasal dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Jumlah ini berdasarkan data Dinkes PALI.
“Laporan terbaru dari Dinkes PALI ada 121 siswa dari tingkat PAUD, SD, SMP dan SMA yang diduga keracunan usai makan-makanan MBG,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sumsel, Deddy Irawan dilansir detikSumbagsel, Senin (5/5).
Dia memastikan, dugaan keracunan ratusan siswa itu usai menyantap MBG. Para siswa mengalami gejala keracunan seperti mual, muntah, dan pusing.
Selanjutnya, sebanyak 50 siswa dari 121 siswa itu sudah diperbolehkan pulang. Kondisi para siswa mulai membaik pasca mendapat perawatan.
“Ada 50 siswa yang sudah diperbolehkan pulang malam ini karena kondisinya sudah membaik. Sisanya, 71 siswa masih dirawat untuk diobservasi lanjutan,” ujar Deddy.