Terkait Kasus Korupsi Pasar Cinde, Eks Wakil Gubernur Sumsel, Ishak Mekki Diperiksa Kejati Sumsel

kabarterkinionline.com

Terkait Kasus Korupsi Pasar Cinde, Eks Wakil Gubernur Sumsel, Ishak Mekki Diperiksa Kejati Sumsel. Bergulirnya kasus dugaan korupsi pembangunan Pasar Cinde, hingga kini penyidik Kejati Sumsel terus melakukan pengembangan dengan memanggil dan mengambil keterangan saksi-saksi terkait dugaan ini.

“Benar sampai hari ini penyidik Kejati Sumsel masih melakukan pengembangan dan memanggil saksi-saksi,” kata Kasi Penkum Kejati Sumsel Vanny Yulia Eka Sari kepada Sripoku.com, Senin (16/6/2025), sore.

Vanny mengatakan, untuk update perkara dugaan korupsi Pasar Cinde, penyidik hari ini kembali melakukan pemeriksaan saksi sebanyak 2 orang.

“Kedua saksi tersebut yakni IM (Ishak Mekki) selaku Mantan Wakil Gubernur Provinsi Sumsel (2015-2016), dan FJT selaku Komisaris Utama PT MB,’ tutupnya.

Dimana lanjut Vanny, pemeriksaan tersebut dilakukan penyidik mulai pukul 09.00 WIB hingga selesai.

“Pemeriksaan dilakukan sejak pukul 09.00, hingga selesai. Dan masing masing saksi dicecar kurang lebih 20 pertanyaan,” ungkapnya.

Sebelumnya, dugaan korupsi pembangunan Pasar Cinde Palembang kini tengah ditangani oleh Kejati Sumsel.

Beberapa saksi telah diperiksa terkait kasus ini, dan kini Kejati Sumsel masih terus melakukan pengembangan. Aktivitas jual beli dari pedagang yang menggelar lapak dagangannya, baik didepan maupun disamping Pasar Cinde yang saat ini tengah di pagar seng.

Namun, dilokasi yang akan dibangun menjadi Aldiron Plaza Cinde, lokasi tersebut dipenuhi semak belukar, alang-alang pun terlihat tinggi.

Sedangkan terlihat juga bangunan lama pun sudah berlumut. Seperti pantauan di lokasi terlihat juga ada beberapa pasak bumi di lokasi yang akan dibangun.

Namun ketika awak media hendak masuk lokasi yang akan dibangun tersebut, sekeliling lokasi di pasar dan dijaga.

“Pintunya dari depan pak, satu akses masuk ke dalam. Karena di sepanjang lokasi dipagar seng,” ujar salah satu pedagang dilokasi tersebut. Latar Belakangan Pembangunan Pasar Cinde

 Setelah menjalani pemeriksaan maraton terkait kasus dugaan korupsi pasar cinde, Mantan Gubernur Sumsel Alex Noerdin akhirnya turun dari lantai 5 Gedung Kejati Sumsel, Senin (21/4/2025) sekitar pukul 23.05 WIB.

Dari informasi dihimpun, Alex Noerdin dicecar 30 pertanyaan oleh penyidik Kejati Sumsel.

Dengan mengenakan kemeja berwarna putih dan celana jeans hitam serta memakai topi, Alex Noerdin dengan santai menyapa awak media yang sudah menunggunya.

“Ada apa, apa yang mau kalian tanyakan. Masih ingat dengan saya, ” ungkapnya seraya tersenyum. Kemudian, mantan Gubernur Sumsel dua periode ini juga melontarkan kata-kata lanjutan ke awak media.

“Ingat pada tahun 2010 dulu ada kongres nasional PWI, kamu dapat pin emas, yang nyematkan dulu bapak SBY,” ujarnya.

“Saya ini wartawan juga, jadi sama,” katanya berkelakar. Selanjutnya Alex Noerdin masuk ke inti pemeriksaa nnya perihal Pasar Cinde Palembang. Alex Noerdin tak membantah dirinya diperiksa sebagai saksi dalam persoalan Pasar Cinde. “Saya tidak ingat ada berapa pertanyaan, ” ujarnya.

Dia menjelaskan ambisinya saat itu yang ingin membangun Sumsel namun terkendala APBD yang cukup Rp 9 triliun. “Nah di sini perlu adanya dana masuk, seperti investasi, APBN, modal pemerintah swasta, tetapi seperti apa caranya agar banyak orang-orang masuk membantu itu,” ujarnya.

Atas hal tersebut, Alex Noerdin memiliki dua strategi untuk mencapai ambisinya dalam membangun Sumsel. Pertama, dengan mengadakan sejumlah event nasional diantaranya PON 2004, Sea Games 2011, Asean University Games, Islamik Solidaritas Games dan Gongnya adalah Asean Games 2018.

“Berkat adanya Asean Games ini pemerintah Sumsel mendapatkan bantuan dana Rp 90 triliun dalam tiga tahun,” ujarnya.

Namun, kata Ale, bantuan itu bukan berupa uang melainkan dalam bentuk tiga ruas jalan tol. dua jembatan musi, flyover, underpass, perbaikan airport, air bersih dan listrik vanue.

“Nah ini masuk,” tandasnya.

Lalu, cara kedua, sambung Alex Noerdin yakni pada periode itu, lahan ideal milik pemerintah provinsi akan dikerjasamakan dengan pihak kedua.

“Mereka bangun di situ ada kontribusinya untuk kita, dalam jangka waktu tertentu balik ke kita,  jadi milik kita lagi,” ujarnya. Strategi kedua, lanjut AN, adalah melalui pemanfaatan lahan idle milik pemerintah provinsi untuk dikerjasamakan dengan pihak swasta.

“Mereka bangun di situ, ada kontribusinya untuk kita, dalam jangka waktu tertentu balik ke kita, jadi milik kita lagi,” jelasnya. Ia mencontohkan keberhasilan strategi ini melalui pembangunan Palembang Icon, PSCC, RS Siloam, hingga underground mall.

“Nantinya pendapatan mereka ada sharing keuntungan untuk pendapatan daerah. Saya mau tanya, ada tidak cerdas dari program ini?” tanyanya retoris.

Menyinggung soal Pasar Cinde, AN balik bertanya, “Kamu pernah tidak masuk ke Pasar Cinde sebelum dibongkar? Bau, kotor, jorok, gelap, becek. Pasar itu di tengah kota, di Jalan Sudirman. Kita mau Asian Games, maka itu ditawarkan, lelang ada prosedurnya.” ujar dia.

Ia melanjutkan bahwa setelah pemenang lelang lahan Pasar Cinde didapatkan, muncul polemik terkait status cagar budaya pasar tersebut.

“Akhirnya minta izin kepada Walikota bahwa sudah ada pemenang lelang lahan itu, dan silakan dibongkar karena ribut, dan karena cagar budaya,” ujarnya.

Alex Noerdin kemudian menceritakan kedatangan pihak Direktorat Jenderal Kebudayaan dari Jakarta ke Griya Agung. Dirinya menyarankan Pasar Cinde memang itu sudah didaftarkan, registrasi cagar budaya, tetapi belum di-SK-kan.

“Nah, Walikota tidak punya kompetensi soal itu, pemerintah provinsi ada, kemudian dibentuklah tim pengkajian pelestarian Pasar Cinde. Saat itu banyak, ada 30 orang, ada dari purbakala, cagar budaya Jambi, dan ahli. Nah, di dalam hasilnya itu bahwa Pasar Cinde layak dijadikan cagar budaya,” bebernya.

 

Menindaklanjuti hasil kajian tersebut, Alex Noerdin mengaku telah membuat surat kepada Walikota Palembang untuk menerbitkan Surat Keputusan (SK) cagar budaya Pasar Cinde.

“Dibuatkan SK cagar budaya. Kemudian saya membuat surat kembali, boleh Pasar Cinde dimanfaatkan untuk pengembangan dan pembangunan,” ujarnya.

Saat itu, lanjut AN, Walikota juga membentuk tim kajian berjumlah 41 orang yang terdiri dari ahli struktur, konstruksi, sejarah, dan antropologi. Hasil kajian tim inilah yang kemudian menyatakan bahwa tiang-tiang Pasar Cinde sudah rapuh dan berpotensi roboh jika terjadi gempa, sehingga harus segera dikosongkan.

“Akhirnya, sambung AN, Walikota membuat surat ke Gubernur, ‘boleh pemanfaatan itu tetapi berdasarkan rekomendasi tim, dan untuk depannya itu tidak boleh dirombak’, jadi jelas ya,” tandasnya.

 

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *